Kamis, 29 November 2012

Our Galery





   



As we come into Your presence Lord 
Lifting our heart as one and with one voice we sing
Promise to be faithful till the end
Forever love You our God

As for me and my house, we will serve You Lord
 Together forever, we will love You more
Your love is higher than the geavens knitted us as one
Great is Your unfailing love


Kami datang di hadirat-Mu
Dalam satu kasih, dengan bersehati
Berjanji setia sampai akhir
Mengasihi-Mu Yesus

Bersama K'luargaku melayani Tuhan
Bersatu slamanya mengasihi Engkau
Tiada yang dapat melebihi kasih-Mu ya Tuhan
Bagi kami Engkau segalanya

Gelombang badai hidup coba menghalangi
Namun kuasa Tuhan buka jalan kami




The Names


"Nathan Alverino Astono"

Nathan Nicknames : Nat, Nate 
Biblical  : Given, Giving, Rewarded
Hebrew : Gift from God

Nathan, like the similar sounding Ethan, is a name that parents continuously gravitate towards–and it's not hard to see why. It's easy on the tongue, and comes with some really cool historical background. The biblical Nathan was a prophet during the reigns of David and Solomon. Nathan Hale was a courageous American patriot and spy of the Revolutionary War, and one of America's earliest heroes. The name's more formal counterpart Nathaniel, and shorter, breezier Nate are both popular as well.


Alvaro
German : Truth-Speaker or Guardian
Spanish : Truth-Speaker or Guardian
Portuguese  : Wise Guardian
 
 
Valerii
English : Strength 
Latin    : Valiant, Brave, Healthy, Strong

Valerii is used mostly in the Russian language and its language of origin is Latin. Valerii is a derivative of the German name Valerian
 

"Audrey Quinn Clarishainne"

Audrey
English : Noble Strength
Anglo-Saxon : Noble Strength
Teutonic : Strong

Quinn
Irish    : Intelligent, Wise
Celtic  : Wise

Compact, striking, and drawn from the Gaelic surname, O'Cuinn, Quinn represents "wisdom and intelligence." The number of male Quinns currently outnumber female Quinns, but that gap may soon close. Perhaps partially due to the popularity for the TV show, Dr. Quinn, Medicine Woman, the name really took off as a girls name in the 90s. Thanks, Jane Seymour!

Claire
French : Clear, Bright
Latin    : Clear, Bright, Famous, Illustrious
English : Bright, Shining and Gentle, Famous

Shaina
Yiddish    : Beautiful
English     : Beautiful
American : God is Gracious 

 

Just Share ^^ My Audrey








Sebuah anugerah dan kebanggaan buat mama, ketika Tuhan Yesus mempercayakan Audrey menjadi putri kecil mama yang manis dan cantik.

Mama masih sangat ingat bagaimana "rasanya", ketika mama hamil Audrey.
Mual sepanjang hari dan hanya bisa makan ketimun dan lontong... hahahaha...
Oh God!!
Mama sungguh bersyukur...
Tuhan Yesus tidak juga berhenti memanjakan mama.
Setelah malaikat kecil pandai si koko Nathan,
sekarang mama diberi lagi bidadari cantik genit super duper menggemaskan... kamu, Audrey...

Beribu harapan sempat tersirat di benak mama tentang masa depan Audrey kelak.
Tetapi saat itu pula mama sadar.
Audrey adalah milik Tuhan Yesus Kristus.
Semuanya sudah disiapkan bagi perjalanan hidup Audrey.
Bahkan sejak dalam kandungan, Tuhan sudah merenda segalanya untuk Audrey.
Audrey punya masa depan yang luar biasa.

Mama percaya.
Tuhan selalu memimpin jalan kita sekeluarga.
Mulai papa, mama, koko Nathan, sekarang Audrey.
Tidak satupun dari kita terlewatkan.

Audreeeeyyy,
Mama cuma pengen bilang...
Mama sayaaaaannngggg banget sama Audrey..

Mama akan selalu ada untuk Audrey...

Koko Nathan akan makin bertumbuh besar,
dan lihatlah, koko Nathan pun akan menjadi koko yang luar biasa
Yang selalu mengasihi Audrey dengan kasih Bapa

Ya...
Kita berempat akan selalu dan terus berjalan
Menghadapi tahun demi tahun ke depan
Bersama Tuhan Yesus...

Love you much my sweety beauty cutie Audrey....






Sabtu, 17 November 2012

The Brayden's Red Rose

Brayden membeli bunga untuk hadiah ulang tahun mamanya. Begitu banyak pilihan, membuat dia bingung menentukan bunga mana yang harus dibelinya. Mamanya menyukai Orchid, tetapi dia sama sekali tidak menjumpai sebuah Orchid indah di toko itu. Dia terpesona melihat Red Rose yang berwarna sangat terang dan menarik hati.
Akhirnya dia putuskan membeli dua bunga, Red Rose dan Little Orchid. 
Sesuai namanya, Little Orchid masih begitu kecil, muda dan belum berbunga. Masih daun2 hijau dan sama sekali tidak indah. Red Rose, sudah mekar dan warnah merahnya sungguh sedap dipandang. Bradley pulang dengan suka cita...

Di tengah jalan, dia bertemu seorang teman, Grettel. 
Grettel begitu kagum melihat Red Rose indah yang dibawa oleh Brayden. Usia Grettel yang lebih tua dan postur tubuh yang lebih besar, membuat Brayden tidak berani menolak permintaan Grettel. Diberikannya Red Rose indah itu kepada Grettel. Dia pulang hanya membawa Little Orchid tanpa kembang itu untuk mamanya tercinta.

Sang mama begitu gembira mendapatkan hadiah dari si kecil Brayden.
Tiap hari, Little Orchid hadiah dari Brayden tersebut dirawat begitu rupa, disiram setiap hari. Ujung tanaman yang sudah kering dan rusak, dipotong. Mama Brayden mengajak Brayden bersama2 melakukannya.
"Jangan pernah lupa menyiram Orchid-nya, Brayden. Karena, Orchid ini makhluk hidup. Dia membutuhkan makanan untuk bertumbuh dan terus hidup. Air adalah sumber makanan Orchid."
Hari demi hari, Brayden mengikuti nasehat mamanya, dan sampailah pada suatu hari....
Brayden dikejutkan dengan benda asing selain daun-daun yang selama ini dia siram tiap hari.
"Mama, aku menemukan sesuatu yang berbeda dari Little Orchid kita. Lihatlah apakah itu."
Sang mama tersenyum melihat keingintahuan si kecil Brayden.
"Sayaaaang...., lihatlah... ketika pertama kali kamu membelinya, dia masih sangat kecil dan tidak indah. Little Orchid kita sudah bertumbuh dan saatnya untuk berbunga. Tunggulah 2 hari lagi, maka kita akan dikejutkan lagi oleh bunga yang sangat indah."
Begitulah, 2 hari kemudian Little Orchid itu sudah berbunga dan sangat indah... Brayden sangat senang sekali.

Apa yang terjadi dengan si cantik Red Rose?
Yah, Grettel begitu menyayangi bunga barunya. Setiap hari, Grettel memandanginya... memfotonya... dan bahkan mengajak bunga itu berbicara!!! Wow.... ^^
Grettel sangat bangga akan bunga cantik barunya. Dibawanya kemanapun dia pergi dan dipamerkan kepada semua orang yang bertemu dengannya.
Tapi sayang sekali. Grettel tidak tahu cara merawat bunga. Grettel tidak pernah menyirami Red Rose cantik itu. Grettel hanya memandang dan membiarkannya begitu saja...
Suatu hari, Grettel dikejutkan oleh Red Rose cantiknya. Ketika dia bangun di pagi hari, tidak lagi ditemuinya Red Rose yang mekar indah seperti biasanya. Red Rose itu menjadi lemas!!! Dia bahkan tidak mampu menopang tubuhnya!! 
Oh, God!! Grettel sangat kuatir dan kecewa.. 
"Wah pasti Brayden sudah membohongiku. Kenapa kecantikan Red Rose hanya sementara? Aku harus mengadakan perhitungan dengan Brayden"

Grettel yang kecewa dan sedih, menemui Brayden di rumahnya. Dibawanya Red Rose lemas layu nya dan dikembalikan kepada Brayden.
"Brayden, kenapa kamu membohongiku? Bukannya ini bunga jelek lemas dan layu?"
Brayden juga kebingungan... Apakah yang terjadi dengan Red Rose?? Kenapa jadi jelek?

Mama Brayden datang dan tersenyum sangat lebar..
Kemudian dijelaskannya kepada dua anak kecil itu apa yang sedang terjadi sebenarnya.
Grettel yang mengerti kesalahannya, mengakui dan meminta maaf kepada Brayden.


                                                  ****************************


"Yaaayy!!!", seru Nathan, "Grettel itu nakal ya, Ma..."


                                                   ****************************



Hihihi... 
Mempunyai dua orang anak ternyata jauh
lebih sibuk dibanding satu anak. ^_^
Tetapi aku sungguh sangat menikmatinya...
Nathan dan Audrey, sama-sama malaikat kecil yang luar biasa bagiku.

Sekarang jam tidur Audrey sudah mulai berubah. Dan bersyukur, karenanya aku bisa membagi waktu lebih "adil" untuk keduanya. 
Ketika pagi si Nathan sekolah, aku bermain dan menghabiskan waktu dengan si kecil Audrey.
Pukul 11.00 WIB, Audrey tidur... Aku mulai menyiapkan segala keperluan menjemput Nathan sambil membawa bekal makan siangnya, yang harus dihabiskan di mobil sepanjang perjalanan pulang. 
Pukul 14.00 WIB, Audrey bangun sementara si Nathan sudah siap tidur siang. 
Yah... kalau boleh dibilang, jadwalku jauh lebih padat dibanding pembantu dan suster di rumah ini. Mereka bahkan sempat tidur siang. Hahahahaha.... 
It's worth it..... Karena dengan begini, aku bisa lebih lama menjalin kedekatan bersama keduanya.

Hari ini, Audrey baru saja tertidur ketika Nathan baru pulang dari les piano nya.
Sehingga aku memutuskan mengajak Nathan bermain dan bercanda di lantai bawah saja, supaya tidak gaduh dan mengganggu tidur siang adiknya.
Mendung cukup tebal dan angin yang semilir menggodaku untuk mengajak Nathan bercanda di taman saja berdua.
Kami saling bercerita dan bercanda.
Seperti biasa, Nathan kecilku penuh dengan pertanyaan dan pertanyaan.
Sampailah dia pada pertanyaan tentang terjadinya hujan. Kemudian disambung dengan pertanyaan tentang makhluk hidup. 
"Ma, air hujan itu dari mana? Dari surga tah? " 
"Ma, kalau grass itu makhluk hidup, tapi nggak bisa jalan2 kayak kita ya "
Aku balik bertanya.. "Kalau lion itu makhluk hidup, apa yang membedakan dia dengan manusia?"
"Ma... ya bedaaa... kalau lion itu pup-nya sembarangan. ngga bisa ke WC...!!!"
Hahahahaha... Saya sungguh sangat menikmati hari ini bersama Nathan.


Tiba-tiba saya ingat bagaimana 1 bulan terakhir ini, kami (saya dan suami) dipusingkan dengan tingkah laku Nathan.
Singkat cerita, entah apakah itu genetika ataukah kesalahan didik saya selama ini..., Nathan menjadi sangat perfeksionis. 
Bahkan untuk menulis PR, 1 huruf saja jika tidak sesuai dengan yang di benaknya, dia akan hapus berulang kali sampai "benar" menurutnya.
Hal kecil semacam ini tidak terlalu membuat saya pusing, karena terus terang saya sendiri kurang begitu tahu, bagaimana saya harus bereaksi tentang hal ini. Tetapi saya sampai pernah menegur dia.. 
"Aduh Nathan, sudah lah... huruf ga harus terlalu tegak... itu sudah jelas kok kebacanya apa..."
Papanya malah lebih lagi... "Nathan, dokter itu tulisannya ga ada yang bagus. Jadi sudah gak perlu dihapus terus."
Hahahahaha mungkin kami orang tua yang kurang bijak. Jujur saja, kadang kami capek melihat dia lama sekali mengerjakan PR nya hanya karena "kurang bagus"...


Tetapi hal ini menjadi masalah bagi kami, ketika suatu kali Nathan terpilih untuk mewakili sekolahnya lomba menyanyi. English Singing Competition yang diselenggarakan oleh Canadian English Course. 
Kami bukan orang tua yang suka mengikutkan anak kami pada pelbagai lomba. Sehingga, selain lomba2 antar teman di intern sekolah, Nathan tidak pernah mengikutinya.
Jadi, lomba ini adalah lomba pertamanya. Kami tidak terlalu berharap banyak untuk dia memenangkan lomba ini. Jadi, kami tidak memberi target apa-apa. Hanya saja karena tempat lombanya di Lenmarc, yang mempunyai wahana bermain "Chipmunk" paling besar di Surabaya, kami memberi Nathan semangat dengan mengijinkannya main di Chipmunk jika dia berhasil melakukan lomba itu dengan baik dan suara yang jelas dan lantang. (Huekeke.... mama papanya pelit yak?? )
Surprised for us ketika Nathan mendapatkan juara kedua di lomba ini. Kami semua senang, begitupula Nathan. Selain mendapatkan piala, Nathan mendapatkan tabungan BRI sebesar Rp 250.000,-... Hahahaha penghasilan pertamanya. ^_^

Belum lama berselang setelah lomba itu, kira-kira 2 minggu, sekolah mengadakan pemilihan lagi. Kali ini untuk lomba Mandarin Poem yang diadakan oleh sekolah XinZhong. Bintang Venus kelihatannya sedang berpihak ke putra kecil kami, Nathan. Dia termasuk dari 11 orang yang terpilih untuk dipilih lagi 4 terbaik yang akan mewakili sekolah. Hmmmm....  ternyata Bintang Venus nggak sepenuhnya berpihak pada Nathan. Karena dia tidak terpilih menjadi 4 terbaik untuk wakil sekolah. Ya, dia gagal mengikuti lomba berikutnya.

Saya secara pribadi tidak begitu mengacuhkan kegagalan Nathan ini. Kebetulan kami sedang "punya gawe"... Adikku (pamannya Nathan) menikah. Kami semua disibukkan dengan hal perihal keperluan pernikahannya. 

Nah, bersamaan dengan hari itu (kebetulan itu hari Senin, dan Senin adalah hari Nathan ikut les sempoa), di kelas sempoa ada semacam latihan ujian.
Nathan masih pra level sehingga tidak ada ujian. Jadi ini diistilahkan sebagai latihan ujian saja. 
Ketika latihan ujian berlangsung, Nathan kerap kali ijin ke belakang... Sehingga sang guru menegurnya. 
"Wah kalo nanti level 1 kamu begini, ga bisa... nanti ada waktunya, kamu akan ketinggalan dan kamu bisa ngga selesai..." , intinya begitu lah ya... =)
Oh ya, ada tambahan... Guru Sempoa juga "menangkap" kegrogian Nathan yang menurut dia dilampiaskan dengan berulangkali ijin ke belakang. 
"Kerja soal itu harus santai, ngga usah grogi...." kata sang guru.
Singkat cerita, karena akhirnya Nathan mengerjakannya tanpa grogi, Nathan menyelesaikan latihan ujian itu bukan yang paling cepat... Tetapi dia mendapatkan nilai tertinggi. 

Saya masih juga belum mendapatkan sesuatu yang berbeda dari keseharian Nathan.
Sampai suatu ketika... 
Tiba-tiba Nathan bilang.. "Ma, aku ini bodoh loh ya...."
Saya kaget... "Kenapa tanya begitu? Yang mama tahu, Nathan pintar kok... Ngga ada anak bodoh. Semua anak pintar..."
"Tapi kenapa aku nggak kepilih lomba zhongwen ?" 
Saya agak tertegun.
Saya kira itu hanya pertanyaan sambil lalu dia saja.
Malam sebelum tidur, kita sering mengobrol dulu... 
"Mama, aku ini bodoh ma..."
"Loh.. ngga ada anak bodoh... "
"Loh, iya ma... aku ngga bisa dapat 100 sempoanya. "
Saya mulai was-was....

Sejak itu, entah berapa kali, Nathan sering sekali mengungkapkan hal ini... Bodoh zhongwen dan sempoa. 
Nathan tidak pernah mau membaca buku pelajaran mandarinnya lagi. Biasanya dia sendiri yang minta membaca mengulang pelajarannya. 
Puncak dari smuanya adalah ketika Nathan menangis teriak dan memohon untuk berhenti sempoa.
Berikutnya, ketika ada replacement test di sekolahnya untuk SD (sekarang Nathan TK B), Nathan sendiri cerita bahwa banyak pertanyaan zhongwen yang dia nggak bisa jawab.
Hehehehe... Nathan kecilku MOGOK belajar.
Nathan mengalami DOWN ??
Entah, kami kurang mengerti juga. 

Bersyukur sekali Tuhan memberiku hikmat hari ini dengan cerita Grettel dan Brayden... The Red Rose n The Little Rose....

                               ************************************************





"Yaaayy!!!", seru Nathan, "Grettel itu nakal ya, Ma..."

"Iya sayang... Grettel itu nakal sekali.... Tapi ada sesuatu yang mama mau ceritakan ke Nathan...."

"Apa Ma? Cerita lain lagi ya? Aku mauuuuuu !!!! "

Nathan..., sebagus apapun  bunga itu, kalau tidak pernah disirami apakah bisa bertumbuh?? Apakah bisa terus hidup dan tetap cantik dan bagus?

Little Orchid yang awalnya kurang bagus, disirami setiap hari, akhirnya bertumbuuuhhh dan menjadi bunga yang sangat indah.
Semua ini, sama dengan kita manusia.
Manusia diberi anugerah, berbeda dengan makhluk hidup lainnya tumbuhan dan binatang. Kita mempunyai otak yang bisa berpikir.
Nathan pernah lihat sirkus? Yang lumba-lumba dan singa laut bisa berhitung??
Loh, padahal itu binatang yang ngga punya kemampuan berpikir seperti manusia... kenapa bisa berhitung??


Sejenak saya diam, menunggu reaksinya.
"Karena diajarin kan, Ma.... Diajarin terus, lama2 ya bisa... sama kayak anjing diajarin duduk, bisa duduk...."


YES!! I got you!! -- pikir saya....


Hmmmm.... iyaaaa....
Kalau binatang saja bisa berhitung karena dajarin terus...
Tumbuhan yang kecil jelek, kalau disiriami terus akhirnya bisa jadi bunga bagus...
Begitu juga otak manusia ....
Nggak ada orang bodoh...
Kita smua diciptakan BAIK dan SANGAT BAIK....
Otak kita ini sangat amazing !!! Kalau Nathan belajarnya rajin, pasti bisa menjadi anak pintar...
Kalah dan menang itu biasa...
Menjadi kalah dalam sebuah competition itu bukan berarti Nathan bodoh...
Nathan hanya kurang rajin. Teman-teman Nathan jauh lebih rajin daripada Nathan....
Sekarang tinggal Nathan, apakah Nathan mau rajin menyirami otak Nathan dengan belajar atau nggak....


"Aku mau Maaaa......."


Saya tersenyum...
Hati saya berdoa, semoga hari ini menjadi hari yang baru buat Nathan.
Kembali menjadi Nathan yang percaya diri dan nggak lagi berkata "Aku bodoh"
Nathan adalah proyek percontohan buat Audrey. Nathan akan menjadi contoh yang baik untuk Audrey.

Tuhan Yesus mengasihi Nathan.
Tuhan Yesus mengasihi Audrey
I love you both.




                               "Winner Never Stop Trying"




P.S : Thanks a lot to Cyecye Jeanneth yang sudah membantu memberi perumpamaan tentang binatang sirkus yang bisa berhitung.. Waktu bagian ini saya ucapkan dalam penggalan cerita saya tadi, Nathan terkagum-kagum.... Hahahahaha.... Gbu... 
















Kamis, 26 Juli 2012

Tes Manthoux

Jadi, smua berawal ketika kami sadar tidak ada bekas vaksin BCG di paha Audrey.
Dr anak kami memang sengaja memvaksin di paha dengan pertimbangan gender. Yaaa alasan kecantikan saja. Tapi ketika waktu berlalu, dan paha Audrey mulus2 saja, kami kuatir juga. Jangan2 kasusnya sama sperti Nathan,kokonya. Nathan harus BCG ulang krn stelah tes di lab, BCG nya yang dulu NGGA jadi.

Dr sp. anak kami memberi surat pengantar untuk melakukan tes manthoux atas anak Audrey. Tes yang diberikan untuk mengetahui apakah antibodi atas BCG udah terbentuk atau belum. Hari itu, sepulang dari vaksin cacar, Audrey kami antar langsung ke Laboratorium terdekat. Tes manthoux diberikan dengan menyuntikkan suatu zat semacam protein, yang "seharusnya" memberikan reaksi jika antibodi BCG itu ada dalam tubuhnya. Hasil reaksi dapat dilihat setelah 3x24jam setelah penyuntikan. Jadi selama itu pula, bekas suntikan (ditandai dengan bulatan pakai bolpoin), selama 3x24jam, tidak boleh dipegang, tidak boleh kena air, tidak boleh kena sabun, tidak boleh digosok ataupun ditutup plester. Kami melewati 72 jam yang sangat panjang. =D

Tibalah hari yang kami nantikan...
Sempat berseteru dengan suami. Berhubung sang dokter berkata : "Bisa lihat hasilnya di lab langsung, atau ke saya juga bisa."
Suami saya menyarankan ke lab saja dengan pertimbangan tidak perlu antri, tidak perlu datang subuh untuk ambil nomer masuk (begitulah dr anak kami. Untuk ke dokter pagi jam 6, kami harus rela menunggu di depan pagar, nomer antrian dibuka jam 5 pagi. Tapi jam 4pagi sudah ada beberapa yang antri), selain itu memang ada fasilitas dari lab yang membacakan hasil kan?...
Maka, saya yang semula keukeuh utk menanyakan hasil tes ke dr saja, akhirnya mengalah dengan suami. Saya ke lab saja.

Jam 7 tepat, saya tiba di lab. Setelah masuk, tangan anak saya dilihat, bekas suntikan 3 hari lalu dipegang, diukur... 9x13mm... Saya menunggu hasil. Hasil selesai, saya mendapat surat keterangan.
"Jadi gimana pak?"
"Ooo ibu musti bawa lagi ke dr nya. Tiap dr kan ngga sama pertimbangannya apakah perlu dilakukan BCG ulang atau ngga..."
#lhah?!?!#

Saya seketika "mumet"... Berawal dari anggapan ke lab krn dekat dan cepat, saya tidak membawa bekal susu dan uang.. Harus ke dr skr, krn kalau ditunda lagi, bekas tes manthoux nya ngga yakin akan sama lagi besok kan??

Lengkaplah smua.. Pagi yang sangat padat. Jalanan macet. Saya harus menembus macetnya jalan, merambat pelan2...

Berhenti di supermarket terdekat, untuk ambil uang dari atm. Ya ampun... Tutup!! ... Akhirnya saya ambil uang di atm bank lain...

Lanjut lagi perjalanan...
Sampai di dokter anak, kami sudah kehabisan nomor. Jadi, saya tahu diri. Saya duduk manis menunggu smua pasien yang antri.
Ketika si "mbak" penjaga keluar untuk mencatat jumlah pasien yang datang, saya menghampirinya. Saya jelaskan smuanya.
"Ngga dapat nomer?"
"Ngga, mbak... Saya baru dari lab."
Si mbak langsung masuk,tanpa mencatat nama Audrey.
Ya, saya paham.
Saya menanti dengan sabar...

Hmmmm kloter itu sudah masuk semua...
"Waktunya saya tiba" batin saya lega.
Eh, blum kelar pasien terakir kloter itu, datang lagi 2orang pasien berikutnya...
Sang Mbak keluar lagi mencatat kloter berikutnya..
Saya mencoba sabar.
Habis kloter itu...
"Waktunya saya tiba juga..." Batin saya double lega... Melihat Audrey mulai kelaparan...
Eh, belum juga kelar pasien yang didalam, datang lagi 2 orang pasien lain...
Saya mulai was was...
Sang Mbak mencatat lagi...
Benar dugaan saya.
Pasien itu lagi yang masuk...
Saya ngga juga dipanggil masuk.

Hati saya mulai gondok.
Ketika sang dokter memanggil nama pasien lain, pasien terakir membuka pintu untuk pulang, saya menerombol masuk...
"Dok, maaf, saya mau nanya hasil tes manthoux"
Dokter menjawab "o iya buk. Tunggu dulu. Ibu ini dulu"

Wah, saya sungguh sangat kecewa....
Keterlaluan sekali.
Memang saya ngga ambil antrian dokter.
Tapi masakkan begini?
Saya mencoba menghargai sistem dia. Tapi kenapa semena2?

Ketika pasien lain dipanggil lagi, si ibu dari pasien itu sepertinya mengerti. Karena memang ketika dia datang, saya sudah duduk manis di kursi sejak lama.
"Dok, biar ibu ini dulu. Kasihan anaknya. Sudah dari tadi ngga masuk2."
Jawab dokter lagi "oh nggak kok bu. Cuma lihat hasil saja kok!"

Ya ampuuun.... Pengen pulang aja rasanya....
Sungguh.
Saya mencoba menenangkan diri.
Melihat Audrey mulai lemas karena lapar. Ya, Audrey ngga rewel karena di luar ruangan. Nanti di mobil, dia pasti rewel. Begitulah
Audrey.
Tanpa terasa, air mata saya keluar perlahan...
Rasa marah tercekat di kerongkongan...
Pengen marah, tapi saya masih punya etika dan harga diri untuk marah2 di ruang dokter anak sperti orang tak berpendidikan.

Alhasil...
Begitu dokter memanggil "Yang mau tanya hasil tes!!!"

Saya masuk...
Saya bahkan tidak sanggup berucap.
Emosi memenuhi perasaan saya. Kalau keluar kata2, saya pastikan saya bakal nangis karena sebal luar biasa.
Jadi tanpa bicara, saya berikan hasil tes itu.
Saya melihat dokter membaca hasil tes, kmd memeriksa tangan Audrey, dan menjelaskan..
"Ini benjolannya keras. Jadi BCG nya sudah jadi. Ngga perlu vaksin ulang"...

"Berapa dok?"
"Ngga perlu"
"Terimakasih..."

Saya pulang...

Ya Tuhan...
Sungguh saya tidak sopan...
Entah ini disebut alasan atau apa, tetapi itu sikap terbaik yang dapat saya lakukan. Daripada saya menangis sambil marah2 disana.
Hehehehe....

Fiuh... Pagi yang sangat panjang...

Benar dugaan saya, di mobil Audrey berteriak histeris... Tubuhnya bersandar lemas di dada suster kami.... Kelaparan...

Ngebut... Bel sana bel sini... Berharap orang2 memberi jalan....
Sampai di rumah, minum susu, tidurlah dia....

Ya Tuhan...
Aku ambil hikmahnya...
The most thing is... Audrey ngga perlu vaksin ulang...
Thanks God....

Senin, 23 Juli 2012

Cerita Anak Ayam

Seekor anak ayam berteriak minta ijin ke induknya. 
"Mamaaa!! Aku mau main bola ya... Sama-sama teman2 anak bebek disana..."
"Jangan dekat-dekat sungai!", induk ayam memperingati.
"Siap Bos! " Hahaha.. sang anak ayam bergaya sperti prajurit, menjawab induknya sambil memberi hormat..
Kemudian bergabunglah dia dengan teman-temannya. Anak2 ayam dan anak2 bebek.

Hal demikian terjadi setiap hari. 
Tiap hari pula, sang induk memperingati anaknya supaya tidak bermain dekat sungai.
 "Jangan dekat-dekat sungai! Pulang jam 4!"

Suatu hari, sang anak ayam berkata "Ma, bosen! Ngga perlu diingetin terus. Aku sudah ingat. Jangan dekat2 sungai!"

Sang induk mempercayai anaknya yang makin hari tumbuh makin besar. Tidak lagi diucapkan kalimat yang sama. Sekarang, berubahlah nasehatnya : "Hati-hati..."


                                                                  ******************

Hari itu begitu terik panas matahari. Membuat gerah smua yang di bumi. 
Tidak demikian halnya dengan anak2 kecil. Yang hmmm mungkin ngga pernah merasa lelah.
Seperti biasa, sang anak ayam bermain bola bersama teman-teman anak ayam dan anak bebek.

"Mama! Aku pergi yaaaa...."
"Hati-hati, Nak... Jangan de-...."
Belum juga kalimat itu selesai, anak ayam sudah menjawab, " Iya-iya, Ma.... Aku sudah tahu..... Jangan dekat-dekat sungai. Bosen Ma. Sudah tahu...."

Menyenangkan sekali bermain bola bersama.
Sebentar-sebentar terdengar seruan anak-anak itu.. "GOALLLL!!!!"
Atau kadangkala, "Ngga bisa! Itu Offside!!" ..... "Yes! Penalti!".... dan lain sebagainya.

Sedang seru-serunya main, tiba-tiba si anak ayam menyela permainan mereka... mau pipis... 
"Bentar ya teman-teman..."
"Aduuhhh kamu ini mengganggu aja! Cepatlah! Jangan terlalu lama. Kita ngga mau kelamaan nunggu..." Teman-temannya protes.

Sang anak ayam berlari cepat menuju rumahnya yang agak jauh.... 
Entah ada angin dari mana, tiba2 cuaca yang begitu terik, berubah menjadi angin yang sangat kencang... Membawa awan tebal yang jauh disana makin lama makin mendekat. Dalam sekejap saja, cuaca menjadi mendung...
"Wah, kalau hujan, aku ngga keburu lanjut main bola dong...", pikir si anak ayam.
 
Terbersitlah satu ide yang luar biasa sempurna untuk situasi dan kondisi mendesak ini....
"Yah, aku pipis di sini saja. Sebentar saja. Ngga akan ada masalah. Toh cuma pipis.", si anak ayam pun pipis di tepi sungai. 
"Ngga, aku ngga main di sungai kok. Cuma pipis sebentar saja.", dia bergumam sendiri, sedikit membela diri.

Tiba-tiba terdengar bunyi geledek keras sekali. 
Dan detik berikutnya hujan yang sangat keras itu mengguyur seluruh desa ayam dan desa bebek.
Semua teman bermain bola serentak pulang ke rumah masing-masing.
Si anak ayam menoleh ke belakang sambil berteriak, "Teman-teman!! tunggu aku!!!!"
Hujan deras itu membuat tanah berpijak licin. Si anak ayam kepreset jatuh.. Dia terbawa arus sungai.....

Pada saat yang sama, begitu mendengar hujan deras, induk ayam keluar mencari anaknya.
Berpapasan dengan teman-teman anaknya, dia mendapat informasi bahwa anaknya sedang pipis di tepi sungai. Di tengah lebatnya hujan itu, sang induk segera menyusul putranya ke arah sungai. 

Tetapi tak satupun anak ayam ditemukan di sana.
Dia berlari kian kemari, tak kunjung pula bertemu.
Sang induk mulai putus asa.

Beruntung, para tetangga membantu mencari anaknya.
Dari kejauhan, samar-samar terdengar suara Bapak Sapi memanggilnya...
"Induk ayam!! Kemarilah segera! Anakmu disini...."

Si anak ayam ditemukan tersangkut pada sebuah ranting pohon di tengah derasnya arus sungai.
Tak seorangpun mampu menolongnya.
Yah... Menolongnya sama dengan menceburkan diri ke arus keras dan menghanyutkan diri mereka sendiri.

Tanpa pikir panjang.. Induk ayam melompat ke sungai... Memanfaatkan derasnya arus sungai, dia sengaja menghanyutkan tubuhnya menuju pada ranting pohon, dimana anaknya tersangkut.
Rencananya berhasil! Dia sampai pada ranting itu. Dia berhasil memeluk anaknya... 

"Mamaaa... aku takuuuttt.....", tangis si kecil anak ayam...
"Jangan takut, mama bersamamu."...Sang ibu berkata lembut, menenangkan anaknya...
"Pak Sapi, tolong kami... Siap-siap, tangkap anak saya!!!" 

Sang induk ayam melemparkan anaknya ke daratan... Bapak sapi menangkap anaknya...
Tetapi... hujan yang semakin deras, membuat arus sungai semakin kuat... Menghanyutkan ranting2 dan pohon2 kecil di sekitar sungai...
Sang induk ayam pun, hanyut... hilang entah kemana....

Anak ayam berhasil selamat... 
Sang induk hilang.. Mati...

Bapak sapi memberi nasehat anak ayam... 
"Setiap nasehat ibu, jangan diremehkan... dengarkan, camkan di hatimu... Ingatlah setiap saat.... Inilah akibatnya kamu tidak memperhatikan ajaran ibumu... "

                                                  ******************************



Begitu ceritanya..... 
Nathan begitu serius mendengar aku bercerita siang ini... 
Hihihihi... cerita yang sengaja aku bikin supaya dia mengindahkan setiap nasehatku...
Mengingat serial kungfu boy Chinmi... Hahaha... Adegan sungai yang Chinmi lakukan dan action laganya.. 
Aku peragakan dengan semangat 45, sembari bercerita...
Kalau di serial Chinmi, Happy Ending...
Aku sengaja membuat cerita anak ayamku Sad Ending....

Nathan cukup tercengang.... 
Dia terjenak beberapa saat...

Hmmm... aku sempet berpikir, apakah caraku ini terlalu shocking him ?? 
Jangan-jangan cara ini salah...

Tiba-tiba Nathan berteriak....
"Ahahahaha!!! Mamaaaaa... makanyaaaa jadi anak itu harus tinghua (menurut), ya kan ma??? Aaaahh mama iniiii.... anak ayam itu nggak nurut.. kayak sapa hayooooooo?!?!?!"

Aku tergelak.....
"Kayak siapa yaaaa.... Hmmmm... Let me think....."

Nathan tertawa... "Aku ndak begitu kok maaa..... "
"Loh ma, kalau mamanya anak ayam mati, ya udah toh... temen-temennya kan punya mama juga...."
Dia tersenyum sambil melirikku....
Aku sudah sangat mengenalnya...
Hihihi.. dia menggoda aku...karena dia tahu, aku lah yang dikorelasikan dengan induk ayam....

"OK, Nathan... sekarang Nathan tahu ya... Nasehat orang tua itu selalu demi kebaikan anaknya... Nathan harus taat.... "
"Iya iya maaa... aku tahu....." Hahahahaha.. Nathan menjawabku, persis dengan nada bicara anak ayam yang aku ceritakan tadi....
"Sekarang, anak yang menurut ini harus tidur siang.... Mama tunggu di luar... 5 menit lagi mama masuk, pasti sudah tidur...."


Hmmm.... 
Baru kutinggal sebentar, dia sudah pulas....


Hihihi...
I love you Nate....






Amsal 1: 8-9
Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.
 
 











Selasa, 15 Mei 2012

"Nathan sayang Audrey, Ma... Nathan mau gendong meme..."

Fiuh!!! Sampai saat aku menulis ini, jantung ini rasanya masih berdetak kencang, tanganku masih agak lemas.
Sungguh, Jangan pernah lengah menjaga dua anak, atau anda akan menyesalinya.
Saya harus berterimakasih kepada Tuhan karena perlindunganNya sungguh nyata dan setia setiap saat.

Seperti biasa, sepulang Nathan sekolah, kami main bersama sebentar. Ya. Aku, Nathan dan Audrey.
Suster sedang menyantap makan siangnya. Sehingga PRT sekaligus penjaga Nathan membantu saya mengawasi mereka berdua.
Main bola, sungguh membuat Nathan merasa sangat berarti di hadapan Audrey.
Audrey memandang Nathan dengan penuh kekaguman. Ahaha... Ada-ada saja.

Cuaca panas, membuat aku ingin mengganti pakaian dan celana panjangku dengan pakaian yang santai dan nyaman. Masih mencari kunci kamarku di dalam tas, aku memanggil Mbak Anik untuk membantu merapikan sedikit mainan yang berantakan.

Baru juga dalam hitungan 5 detik...

"Mama!! Ahahahahha!!! Aku bisa nggendong meme, maa!!" Seru Nathan bangga.

Biasanya, Nathan sering mencoba2 tapi ngga kuat. Jadi cuma seperti peluk Audrey aja, baginya udah menggendong. Aku agak mengacuhkan, masih penasaran mencari kunci kamarku di dalam tas kecilku.

"Maaaa... Lihaatt aku!!!" Merasa dicuekin, Nathan memanggilku lagi.

Aku pun menoleh.
Dan..
Sontak aku teriaaak kerass..
"Nathaaaaaaaaaaannnnnnn!!!!!"
Jantung seperti mau copot, rasanya.

Nathan menggendong Audrey, dengan dua tangannya. Dan dua tangannya bukannya di pinggang Audrey, melainkan di lehernya. Posisi Audrey bukan berhadapan dengan Nathan tetapi keduanya menghadap aku. Jadi leher Audrey penuh dengan lengan Nathan. Audrey tercekik. Waktu aku melihatnya, wajahnya bahkan mulai memerah.

Kesalahan fatal saya yang kedua adalah bukannya tangan saya yang bergerak cepat, tetapi mulut saya.
Teriakan panjang saya menakutkan Nathan. Nathan kaget dan takut. Seketika, dia melepaskan Audrey dari tangannya. Audrey jatuh. Untunglah, Mbak Anik berdiri tidak jauh dari mereka berdua. Spontan, dia menangkap Audrey.

Jesusss...!!
Kaki saya lemas. Leher terasa kaku. Jantung ini sperti sedang konser rock n roll.

Nathan menangis keras.
Audrey tercengang, tidak menangis.
Aku lemas.

Sekarang, smua sudah berlalu.
Aku sungguh bersyukur tadi ngga sampe terjadi buruk ke Audrey.
Bahkan, boleh dibilang Audreynya malah seneng digendong kokonya.
Dia ngga ngerti itu berbahaya.
Yang mereka ngerti hanya bahasa hati. 
Hati kokonya yang menyayanginya.

"Nathan sayang Audrey, Ma... Nathan mau gendong meme..."

Kadangkala, kita ngga tahu gimana cara menyayangi dengan benar.
Apa yang bagi kita baik untuk orang lain, belum tentu orang lain itu senang.
Apa yang kita pikir baik dan orang lain mungkin saja merasa senang, belum tentu itu benar dilakukan.
Sungguh.
Kejadian hari ini membukakan mata saya.
Thank's God...