Kamis, 26 Juli 2012

Tes Manthoux

Jadi, smua berawal ketika kami sadar tidak ada bekas vaksin BCG di paha Audrey.
Dr anak kami memang sengaja memvaksin di paha dengan pertimbangan gender. Yaaa alasan kecantikan saja. Tapi ketika waktu berlalu, dan paha Audrey mulus2 saja, kami kuatir juga. Jangan2 kasusnya sama sperti Nathan,kokonya. Nathan harus BCG ulang krn stelah tes di lab, BCG nya yang dulu NGGA jadi.

Dr sp. anak kami memberi surat pengantar untuk melakukan tes manthoux atas anak Audrey. Tes yang diberikan untuk mengetahui apakah antibodi atas BCG udah terbentuk atau belum. Hari itu, sepulang dari vaksin cacar, Audrey kami antar langsung ke Laboratorium terdekat. Tes manthoux diberikan dengan menyuntikkan suatu zat semacam protein, yang "seharusnya" memberikan reaksi jika antibodi BCG itu ada dalam tubuhnya. Hasil reaksi dapat dilihat setelah 3x24jam setelah penyuntikan. Jadi selama itu pula, bekas suntikan (ditandai dengan bulatan pakai bolpoin), selama 3x24jam, tidak boleh dipegang, tidak boleh kena air, tidak boleh kena sabun, tidak boleh digosok ataupun ditutup plester. Kami melewati 72 jam yang sangat panjang. =D

Tibalah hari yang kami nantikan...
Sempat berseteru dengan suami. Berhubung sang dokter berkata : "Bisa lihat hasilnya di lab langsung, atau ke saya juga bisa."
Suami saya menyarankan ke lab saja dengan pertimbangan tidak perlu antri, tidak perlu datang subuh untuk ambil nomer masuk (begitulah dr anak kami. Untuk ke dokter pagi jam 6, kami harus rela menunggu di depan pagar, nomer antrian dibuka jam 5 pagi. Tapi jam 4pagi sudah ada beberapa yang antri), selain itu memang ada fasilitas dari lab yang membacakan hasil kan?...
Maka, saya yang semula keukeuh utk menanyakan hasil tes ke dr saja, akhirnya mengalah dengan suami. Saya ke lab saja.

Jam 7 tepat, saya tiba di lab. Setelah masuk, tangan anak saya dilihat, bekas suntikan 3 hari lalu dipegang, diukur... 9x13mm... Saya menunggu hasil. Hasil selesai, saya mendapat surat keterangan.
"Jadi gimana pak?"
"Ooo ibu musti bawa lagi ke dr nya. Tiap dr kan ngga sama pertimbangannya apakah perlu dilakukan BCG ulang atau ngga..."
#lhah?!?!#

Saya seketika "mumet"... Berawal dari anggapan ke lab krn dekat dan cepat, saya tidak membawa bekal susu dan uang.. Harus ke dr skr, krn kalau ditunda lagi, bekas tes manthoux nya ngga yakin akan sama lagi besok kan??

Lengkaplah smua.. Pagi yang sangat padat. Jalanan macet. Saya harus menembus macetnya jalan, merambat pelan2...

Berhenti di supermarket terdekat, untuk ambil uang dari atm. Ya ampun... Tutup!! ... Akhirnya saya ambil uang di atm bank lain...

Lanjut lagi perjalanan...
Sampai di dokter anak, kami sudah kehabisan nomor. Jadi, saya tahu diri. Saya duduk manis menunggu smua pasien yang antri.
Ketika si "mbak" penjaga keluar untuk mencatat jumlah pasien yang datang, saya menghampirinya. Saya jelaskan smuanya.
"Ngga dapat nomer?"
"Ngga, mbak... Saya baru dari lab."
Si mbak langsung masuk,tanpa mencatat nama Audrey.
Ya, saya paham.
Saya menanti dengan sabar...

Hmmmm kloter itu sudah masuk semua...
"Waktunya saya tiba" batin saya lega.
Eh, blum kelar pasien terakir kloter itu, datang lagi 2orang pasien berikutnya...
Sang Mbak keluar lagi mencatat kloter berikutnya..
Saya mencoba sabar.
Habis kloter itu...
"Waktunya saya tiba juga..." Batin saya double lega... Melihat Audrey mulai kelaparan...
Eh, belum juga kelar pasien yang didalam, datang lagi 2 orang pasien lain...
Saya mulai was was...
Sang Mbak mencatat lagi...
Benar dugaan saya.
Pasien itu lagi yang masuk...
Saya ngga juga dipanggil masuk.

Hati saya mulai gondok.
Ketika sang dokter memanggil nama pasien lain, pasien terakir membuka pintu untuk pulang, saya menerombol masuk...
"Dok, maaf, saya mau nanya hasil tes manthoux"
Dokter menjawab "o iya buk. Tunggu dulu. Ibu ini dulu"

Wah, saya sungguh sangat kecewa....
Keterlaluan sekali.
Memang saya ngga ambil antrian dokter.
Tapi masakkan begini?
Saya mencoba menghargai sistem dia. Tapi kenapa semena2?

Ketika pasien lain dipanggil lagi, si ibu dari pasien itu sepertinya mengerti. Karena memang ketika dia datang, saya sudah duduk manis di kursi sejak lama.
"Dok, biar ibu ini dulu. Kasihan anaknya. Sudah dari tadi ngga masuk2."
Jawab dokter lagi "oh nggak kok bu. Cuma lihat hasil saja kok!"

Ya ampuuun.... Pengen pulang aja rasanya....
Sungguh.
Saya mencoba menenangkan diri.
Melihat Audrey mulai lemas karena lapar. Ya, Audrey ngga rewel karena di luar ruangan. Nanti di mobil, dia pasti rewel. Begitulah
Audrey.
Tanpa terasa, air mata saya keluar perlahan...
Rasa marah tercekat di kerongkongan...
Pengen marah, tapi saya masih punya etika dan harga diri untuk marah2 di ruang dokter anak sperti orang tak berpendidikan.

Alhasil...
Begitu dokter memanggil "Yang mau tanya hasil tes!!!"

Saya masuk...
Saya bahkan tidak sanggup berucap.
Emosi memenuhi perasaan saya. Kalau keluar kata2, saya pastikan saya bakal nangis karena sebal luar biasa.
Jadi tanpa bicara, saya berikan hasil tes itu.
Saya melihat dokter membaca hasil tes, kmd memeriksa tangan Audrey, dan menjelaskan..
"Ini benjolannya keras. Jadi BCG nya sudah jadi. Ngga perlu vaksin ulang"...

"Berapa dok?"
"Ngga perlu"
"Terimakasih..."

Saya pulang...

Ya Tuhan...
Sungguh saya tidak sopan...
Entah ini disebut alasan atau apa, tetapi itu sikap terbaik yang dapat saya lakukan. Daripada saya menangis sambil marah2 disana.
Hehehehe....

Fiuh... Pagi yang sangat panjang...

Benar dugaan saya, di mobil Audrey berteriak histeris... Tubuhnya bersandar lemas di dada suster kami.... Kelaparan...

Ngebut... Bel sana bel sini... Berharap orang2 memberi jalan....
Sampai di rumah, minum susu, tidurlah dia....

Ya Tuhan...
Aku ambil hikmahnya...
The most thing is... Audrey ngga perlu vaksin ulang...
Thanks God....

Senin, 23 Juli 2012

Cerita Anak Ayam

Seekor anak ayam berteriak minta ijin ke induknya. 
"Mamaaa!! Aku mau main bola ya... Sama-sama teman2 anak bebek disana..."
"Jangan dekat-dekat sungai!", induk ayam memperingati.
"Siap Bos! " Hahaha.. sang anak ayam bergaya sperti prajurit, menjawab induknya sambil memberi hormat..
Kemudian bergabunglah dia dengan teman-temannya. Anak2 ayam dan anak2 bebek.

Hal demikian terjadi setiap hari. 
Tiap hari pula, sang induk memperingati anaknya supaya tidak bermain dekat sungai.
 "Jangan dekat-dekat sungai! Pulang jam 4!"

Suatu hari, sang anak ayam berkata "Ma, bosen! Ngga perlu diingetin terus. Aku sudah ingat. Jangan dekat2 sungai!"

Sang induk mempercayai anaknya yang makin hari tumbuh makin besar. Tidak lagi diucapkan kalimat yang sama. Sekarang, berubahlah nasehatnya : "Hati-hati..."


                                                                  ******************

Hari itu begitu terik panas matahari. Membuat gerah smua yang di bumi. 
Tidak demikian halnya dengan anak2 kecil. Yang hmmm mungkin ngga pernah merasa lelah.
Seperti biasa, sang anak ayam bermain bola bersama teman-teman anak ayam dan anak bebek.

"Mama! Aku pergi yaaaa...."
"Hati-hati, Nak... Jangan de-...."
Belum juga kalimat itu selesai, anak ayam sudah menjawab, " Iya-iya, Ma.... Aku sudah tahu..... Jangan dekat-dekat sungai. Bosen Ma. Sudah tahu...."

Menyenangkan sekali bermain bola bersama.
Sebentar-sebentar terdengar seruan anak-anak itu.. "GOALLLL!!!!"
Atau kadangkala, "Ngga bisa! Itu Offside!!" ..... "Yes! Penalti!".... dan lain sebagainya.

Sedang seru-serunya main, tiba-tiba si anak ayam menyela permainan mereka... mau pipis... 
"Bentar ya teman-teman..."
"Aduuhhh kamu ini mengganggu aja! Cepatlah! Jangan terlalu lama. Kita ngga mau kelamaan nunggu..." Teman-temannya protes.

Sang anak ayam berlari cepat menuju rumahnya yang agak jauh.... 
Entah ada angin dari mana, tiba2 cuaca yang begitu terik, berubah menjadi angin yang sangat kencang... Membawa awan tebal yang jauh disana makin lama makin mendekat. Dalam sekejap saja, cuaca menjadi mendung...
"Wah, kalau hujan, aku ngga keburu lanjut main bola dong...", pikir si anak ayam.
 
Terbersitlah satu ide yang luar biasa sempurna untuk situasi dan kondisi mendesak ini....
"Yah, aku pipis di sini saja. Sebentar saja. Ngga akan ada masalah. Toh cuma pipis.", si anak ayam pun pipis di tepi sungai. 
"Ngga, aku ngga main di sungai kok. Cuma pipis sebentar saja.", dia bergumam sendiri, sedikit membela diri.

Tiba-tiba terdengar bunyi geledek keras sekali. 
Dan detik berikutnya hujan yang sangat keras itu mengguyur seluruh desa ayam dan desa bebek.
Semua teman bermain bola serentak pulang ke rumah masing-masing.
Si anak ayam menoleh ke belakang sambil berteriak, "Teman-teman!! tunggu aku!!!!"
Hujan deras itu membuat tanah berpijak licin. Si anak ayam kepreset jatuh.. Dia terbawa arus sungai.....

Pada saat yang sama, begitu mendengar hujan deras, induk ayam keluar mencari anaknya.
Berpapasan dengan teman-teman anaknya, dia mendapat informasi bahwa anaknya sedang pipis di tepi sungai. Di tengah lebatnya hujan itu, sang induk segera menyusul putranya ke arah sungai. 

Tetapi tak satupun anak ayam ditemukan di sana.
Dia berlari kian kemari, tak kunjung pula bertemu.
Sang induk mulai putus asa.

Beruntung, para tetangga membantu mencari anaknya.
Dari kejauhan, samar-samar terdengar suara Bapak Sapi memanggilnya...
"Induk ayam!! Kemarilah segera! Anakmu disini...."

Si anak ayam ditemukan tersangkut pada sebuah ranting pohon di tengah derasnya arus sungai.
Tak seorangpun mampu menolongnya.
Yah... Menolongnya sama dengan menceburkan diri ke arus keras dan menghanyutkan diri mereka sendiri.

Tanpa pikir panjang.. Induk ayam melompat ke sungai... Memanfaatkan derasnya arus sungai, dia sengaja menghanyutkan tubuhnya menuju pada ranting pohon, dimana anaknya tersangkut.
Rencananya berhasil! Dia sampai pada ranting itu. Dia berhasil memeluk anaknya... 

"Mamaaa... aku takuuuttt.....", tangis si kecil anak ayam...
"Jangan takut, mama bersamamu."...Sang ibu berkata lembut, menenangkan anaknya...
"Pak Sapi, tolong kami... Siap-siap, tangkap anak saya!!!" 

Sang induk ayam melemparkan anaknya ke daratan... Bapak sapi menangkap anaknya...
Tetapi... hujan yang semakin deras, membuat arus sungai semakin kuat... Menghanyutkan ranting2 dan pohon2 kecil di sekitar sungai...
Sang induk ayam pun, hanyut... hilang entah kemana....

Anak ayam berhasil selamat... 
Sang induk hilang.. Mati...

Bapak sapi memberi nasehat anak ayam... 
"Setiap nasehat ibu, jangan diremehkan... dengarkan, camkan di hatimu... Ingatlah setiap saat.... Inilah akibatnya kamu tidak memperhatikan ajaran ibumu... "

                                                  ******************************



Begitu ceritanya..... 
Nathan begitu serius mendengar aku bercerita siang ini... 
Hihihihi... cerita yang sengaja aku bikin supaya dia mengindahkan setiap nasehatku...
Mengingat serial kungfu boy Chinmi... Hahaha... Adegan sungai yang Chinmi lakukan dan action laganya.. 
Aku peragakan dengan semangat 45, sembari bercerita...
Kalau di serial Chinmi, Happy Ending...
Aku sengaja membuat cerita anak ayamku Sad Ending....

Nathan cukup tercengang.... 
Dia terjenak beberapa saat...

Hmmm... aku sempet berpikir, apakah caraku ini terlalu shocking him ?? 
Jangan-jangan cara ini salah...

Tiba-tiba Nathan berteriak....
"Ahahahaha!!! Mamaaaaa... makanyaaaa jadi anak itu harus tinghua (menurut), ya kan ma??? Aaaahh mama iniiii.... anak ayam itu nggak nurut.. kayak sapa hayooooooo?!?!?!"

Aku tergelak.....
"Kayak siapa yaaaa.... Hmmmm... Let me think....."

Nathan tertawa... "Aku ndak begitu kok maaa..... "
"Loh ma, kalau mamanya anak ayam mati, ya udah toh... temen-temennya kan punya mama juga...."
Dia tersenyum sambil melirikku....
Aku sudah sangat mengenalnya...
Hihihi.. dia menggoda aku...karena dia tahu, aku lah yang dikorelasikan dengan induk ayam....

"OK, Nathan... sekarang Nathan tahu ya... Nasehat orang tua itu selalu demi kebaikan anaknya... Nathan harus taat.... "
"Iya iya maaa... aku tahu....." Hahahahaha.. Nathan menjawabku, persis dengan nada bicara anak ayam yang aku ceritakan tadi....
"Sekarang, anak yang menurut ini harus tidur siang.... Mama tunggu di luar... 5 menit lagi mama masuk, pasti sudah tidur...."


Hmmm.... 
Baru kutinggal sebentar, dia sudah pulas....


Hihihi...
I love you Nate....






Amsal 1: 8-9
Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.